Palu, Alkhairaat.com – Cicit Habib Idrus bin Salim al-Jufri atau Guru Tua, Habib Sadig al-Habsyi, mengaku siap bertemu dan melakukan tabayun dengan Gus Fuad Plered.
Hal itu ia sampaikan ketika ditanya perihal perkembangan kontroversi pernyataan Gus Fuad yang disinyalir telah melecehkan pendiri Alkhairaat.
“Saya mengikuti perkembangan pernyataan kontroversial Gus Fuad Plered yang menyinggung jutaan abna’ul khairaat di Indonesia Tengah dan Timur,. Dalam perkembangannya, kita bisa melihat bahwa Gus Fuad sudah menunjukkan itikad baik,” kata Habib Sadig saat ditemui media ini di Palu, Senin (21/4/2025).
Itikad baik itu, menurut Habib Sadig, terlihat dari permintaan maaf dan klarifikasi yang sudah disampaikan oleh Gus Fuad di akun Youtube-nya atas permintaan para kiai di sekitarnya.
“Artinya, Gus Fuad merupakan pribadi yang masih mau mendengarkan himbauan ulama,” terangnya.
Terkait dengan adanya pihak-pihak yang menuding permintaan maaf dan klarifikasi tersebut, Habib Sadig mengingatkan bahwa menilai hal-hal yang tidak terlihat bukan tugas manusia.
“Ini nasihat Imam al-Syafi’i, bahwa kita menghukumi hal-hal yang zahir, yang terlihat. Sedangkan yang tidak terlihat itu biarlah menjadi urusan Allah,” katanya.
Di saat yang sama, Habib Sadig menyesalkan adanya pihak-pihak di dalam kepengurusan Alkhairaat yang menolak ajakan tabayun dari pihak Gus Fuad.
“Kembali lagi, itu menunjukkan itikad baiknya. Kenapa ditolak? Saya sendiri, sebagai cicit Guru Tua dari pernikahan beliau dengan bangsawan Kaili, Ince Ami, siap bertemu dan melakukan tabayun dengan Gus Fuad,” jelasnya.
Habib Sadig juga mengaku tidak mempermasalahkan tempat pertemuan dan tabayun yang disyaratkan oleh pihak Gus Fuad, yakni Mabes TNI atau Mabes Polri.
“Terserah mau diadakan di mana, saya terbuka saja. Bagi saya, demi keutuhan NKRI, kita harus menerima permintaan maaf, klarifikasi, dan tabayun. Apapun itu, selama dilandasi itikad baik, kita terima. Urusan nasab, panggilan habib, dan seterusnya itu perkara belakangan. Begitu juga dengan penilaian apakah Guru Tua pantas atau tidak diberi gelar pahlawan. Di mata saya, siapapun bebas beropini, tetapi keputusan akhir ada pada institusi negara. Jadi, tidak usah didramatisir,” pungkasnya.