Home Opini BBM Naik, Subsidi Tambal Kas Negara?

BBM Naik, Subsidi Tambal Kas Negara?

134
0
SHARE

Oleh: Ida Farida, S.Pd

Resmi, sejak 3 September 2022 tarif BBM bersubsidi naik. Wacana ini sudah beredar sejak pertengahan bulan Agustus 2022, bahkan sebagian sudah yakin bahwa kenaikan tarif secara resmi bakal diumumkan oleh pemerintah pada 1 September, meski pada akhirnya justru pengumuman di rilis dua hari setelahnya. Ya, harga Pertalite dan Solar jadi naik sejak saat itu .

Alasannya pemerintah harus mengambil keputusan ini disebabkan oleh harga minyak dunia yang kian bergejolak. Sehingga dengan “terpaksa” kenaikan tarif adalah solusinya, dari kacamata mereka (baca: pemerintah).

Apa dampaknya? Harga ecer pertalite jelas naik. Apakah selesai sampai disitu?jelas tidak. Tarif angkutan, jasa pelayanan, biaya produksi, harga sembako, dan lain-lain pasti meroket, sementara hal ini tidak diiringi dengan daya beli masyarakat yang terdampak langsung. Karena upah buruh, serta harga jual hasil bumi masih seperti ‘biasa’.

Entah apa Dasar pertimbangan pemerintah yang katanya ‘kenaikan tarif’ adalah pilihan akhir, namun justru itulah pilihan utama buat mereka.
Apakah benar bahwa harga minyak dunia memang sedang demam dan belum pulih juga? Ataukah pemerintah harus menambal kas negara karena hutang pada bank dunia? Kita semua bertanya entah pada siapa jawabannya.

Mungkinkah subsidi terpangkas guna kepentingan pesta demokrasi yang sebentar lagi akan digelar, atau justru untuk kepentingan pemindahan ibu kota negara? siapa yang tahu?

Mari kita telisik kembali siapakah pemerintah di atas sana? Pemerintah adalah orang-orang kepercayaan rakyat yang dianggap mampu dan disangka amanah akan membela kepentingan rakyat di atas segala asa pribadi mereka. Pemerintah adalah kumpulan orang pintar yang dianggap akan mampu memperjuangkan isi piring dan masa depan rakyat yang justru terbodohi oleh harap semu janji manis sebelum pemilu.
Siapa wakil rakyat?adalah sosok yang sebelumnya menceritakan dongeng indah bahwa kelak semua akan lebih baik dari sebelumnya, mereka yang berikrar bahwa rakyat tak akan kedinginan, tak akan kebingungan apalagi kelaparan, namun pada akhirnya semua berujung nestapa.

Wakil rakyat, wakil yang mengkhianati rakyat. Entah rakyat yang mana terwakilkan oleh mereka. Entah rakyat mana yang diperjuangkan oleh mereka. Disaat rakyat berteriak meminta keadilan menolak kebijakan yang menyengsarakan mereka hanya mengangguk, tersenyum namun tak pernah ada diantara kita.

Wakil rakyat hanya ada disaat menebar janji kampanye, janji manis melebihi gula, namun menikam bak belati, menghantam bak palu Godam.

Siapa yang harusnya malu?
Siapa yang harusnya bertanggung jawab atas nasib rakyat kedepannya?
Mungkin rakyat itu sendiri. Ya, kita sebagai rakyat harus jeli menilai siapa yang benar berjuang demi kesejahteraan warga, atau justru keluarga mereka saja. Kedepannya kita sebagai rakyat harusnya punya rasa malu. Malu untuk tertipu berulang kali oleh ikrar palsu wakil rakyat saat Ijab qabul pemilu. Kita harusnya malu, karena masih termakan wajah polos dan candu dongeng mereka.

Bangunlah wahai rakyat Indonesia, mari kita membersamai mereka yang masih mau berkorban waktu, peluh dan darah juangnya untuk kepentingan kita .

Penulis Merupakan Pegiat Media Sosial
Hidup rakyat Indonesia

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.