Home Opini Tahun Baru, Hidup Baru?

Tahun Baru, Hidup Baru?

242
0
SHARE

Oleh : Rahmad M. Arsyad

Manusia hidup dalam kenangan akan masa lalu. Kegelisahan hari ini dan kecemasan akan masa depan, ah selalu saja begitu…

Begitulah kita semua. Selalu terjebak akan masa lalu, gelisah akan saat ini dan menyimpan ketakutan akan masa depan. Karena itu, tidak heran setiap desember tiba akan berisi berbagai evaluasi pencapaian tahunan dan rencana masa depan yang anehnya selalu kita sambut dengan harap-harap cemas.

Sudah menjadi fitrah kita semua untuk terjebak dalam tiga waktu. Waktu masa lalu, saat ini dan masa depan. Guru saya, pernah mengajarkan saya cara belajar ‘keluar dari jebakan waktu’. Pesan beliau, ‘jangan pernah terjebak akan masa lalu, karena sudah berlalu. Tidak perlu khawatir akan masa depan, karena belum terjadi dan nikmati hari ini dengan bahagia’.

Pesan Mursyid saya itu, mungkin akan terdengar begitu biasa. Bahkan selalu menjadi pengantar berbagai kata-kata motivasi. Tapi, jika kita gali lebih dalam sebenarnya sang guru sedang mengajarkan saya cara keluar dari jebakan waktu masa lalu, keberanian menghadapi hidup hari ini dan kesiapan menyambut masa depan.

Keluar dari Jebakan Masa lalu

‘Diri kita hari ini, merupakan serpihan-serpihan pengalaman yang menyatu, terbentuk oleh kejadian dan kenangan masa lalu, warisan genetis darah orang tua yang akhirnya membentuk diri saat ini’

Saya sangat percaya pandangan-pandangan psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud layaknya kutipan diatas. Ya, karena jika kita ingin jujur, berbagai bentuk kebiasaan kita hari ini merupakan rekaman kebiasan masa lalu dan warisan darah genetis kedua orang tua dan keluarga yang terbentuk dari keintiman kenangan di dalam rumah.

Cara kita berbicara, makanan, berjalan, cara menghadapi masalah, trauma, sampai pada motivasi hidup, semua hadir dan dibentuk oleh peristiwa masa lalu tersebut. Karena itu, tidak heran jika pada akhirnya kita senantiasa terjebak akan peristiwa masa lalu. Termasuk berbagai trauma yang pernah terjadi dalam lingkungan intim diri sendiri maupun dalam keluarga.

Sebenarnya tidak ada soal dengan berbagai kenangan akan masa lalu, karena pada akhirnya secara natural diri kita hari ini dibentuk oleh masa lalu. Namun, terkadang bayang-bayang masa lalu terlalu mendominasi kehidupan kita, membuat kita berada dalam ketakutan-ketakutan traumatis yang tidak perlu dan rasa curiga berlebihan yang membuat kita tidak berani mengambil langkah untuk bebas dari kenangan masa lalu.

Kita menjadi abai, bahwa manusia, zaman dan kehidupan terus berubah. Untuk keluar dari keterjebakan akan masa lalu, saya selalu teringat pesan dari Psikolog Alfred Adler; ‘Ketidakbahagiaan saat ini, tidak bisa dibebankan pada masa lalu maupun lingkungan yang membentuk diri kita’.

Menurut Adler, semua hal hanyalah tentang keberanian dan keinginan untuk mengambil pelajaran akan berbagai masa lalu tersebut. Layaknya pesan Mursyid saya, ‘tidak penting untuk larut akan berbagai peristiwa berduka ataupun bahagia yang sudah terjadi, yang lebih penting pelajaran apa yang sudah kita dapatkan dari peristiwa kehidupan yang sudah kita lewati baik itu duka maupun suka, sehingga kita bisa menata hari ini dan hari depan’, karena bukankah masa lalu sudah berlalu?

Tahun Baru, Hidup Baru ?

Setiap menutup tahun seperti hari ini, hampir seluruh orang maupun institusi menyusun rencana tahun depan. Masing-masing pribadi, akan menyusun resolusi pencapaian yang ingin diraih pada kalender yang baru. Begitu pula perusahaan maupun institusi akan menggelar rapat panjang untuk capaian tahun mendatang.

Semua hal tersebut, tentu adalah hal yang baik. Meminjam pernyataan sahabat saya, ‘hidup ini sedangkan direncanakan masih saja kacau, apalagi berjalan tanpa rencana’! Saya setuju dengan pandangan tersebut, karena setiap diri maupun institusi memang sudah layaknya memiliki rencana.

Lewat rencana, kita memiliki target capaian dan panduan serta tantangan menjalani hari-hari pada masa depan. Namun, persoalanya kadang kita sering terjebak ketakutan akan rencana yang sudah ditentukan sendiri. Misalnya, kita menjadi begitu takut akan target pencapaian laba perusahaan, keinginan pencapaian studi untuk segera lulus ataupun ketakutan-ketakutan lain.

Akhirnya, kita terus terjebak pada kekhawatiran akan masa depan dan kecemasan yang kita bentuk sendiri sampai lupa untuk menikmati hari ini. Badan kita boleh saja berlibur, namun kepala kita justru terkurung dengan kecemasan-kecemasan baru yang kita ciptakan sampai akhirnya kita terlalu berfokus pada rencana dan tidak melakukan apa-apa.

Karena itu, sudah waktunya kita keluar dari jebakan pikiran itu. Jelang tahun baru, setelah rapat-rapat panjang akan rencana dan target pencapaian tahun depan, sudah waktunya menikmati liburan sambil merenung dan belajar dari tahun yang lalu. Tidak perlu cemas akan tahun depan, karena bukankah kalender belum juga berganti dan segala kekhawatiran belum juga terjadi ?

Mari liburan, Mari Bahagia, Selamat Menikmati Tahun Baru dan Karunia Hidup yang Baru…

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.