Palu, Alkhairaat com – Ratusan korban gempa, tsunami dan Likuefaksi di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) terjadi 28 September lalu hinga kini masih tinggal di tenda pengungsian.
Hunian berbahan terpal sebanyak 87 unit berlokasi di jalan Komodo, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, sampai saat ini di huni 87 Kepala Keluarga (KK). Setiap kamar di tempati 5 (lima) bahkan lebih berkeluarga.
Sukmawati (33), salah satu pengungsi menceritakan berbagai persoalan yang ia rasakan selama berbulan-bulan tinggal di tenda pengungsi. Ia mengatakan, mereka kerap kekurangan air bersih, berakibat fasilitas kamar mandi tidak bisa digunakan.
Kesulitan air ini juga menjadi alasan utama bagi mereka sehingga jarang menempati tenda saat siang hari.
Untuk memenuhi keperluan mandi dan mencuci, ia harus kembali ke kepenggaraman dimana lokasi tempat rumah semulah berada yang berjarak 2 kilo meter (km) dari tenda pengungsian. Meskipun rumah tidak bisa lagi ditinggali, tetapi air disana sangat memadai.
“ Di saat tidak ada air di pengungsian, kami kembali ke rumah di penggaraman yang berjarak 2 km dari tempat pengungsian untuk mandi, mencuci dan melakukan aktivitas lainnya. Akan kembali ke tenda pengungsian hanya untuk istirahat,” tutur Sukmawati.
Saat ditanya seputar bantuan Pemerintah, Sukmawati mengaku, dalam 6 (enam) bulan terakhir mereka belum menerima bantuan pemerintah. Agar tetap terpenuhi kebutuhan pokok, ia bekerja menjual garam di area pantai talise dengan penghasilan bersikar 50 ribu perhari.
“Selama 6 bulan terakhir sampai saat ini, kami masih berharap agar bantuan bahan pokok dari Pemerintah segera di salurkan, karena sebagian besar dari kami hanya bekerja sebagai penjual garam yang terkadang menghasilkan 50 ribu perhari,” tutur Sukmawati, kepada Alkhairaat.com, Kamis(23/05/2019)
Ibu dari dua anak itu mengatakan, sebelumnya sudah dilakukan pendataan terhadap para pengungsi oleh Dinas Sosial, dengan dalil agar bisa mendapat dana tunjangan hidup sebesar Rp. 600.000 persatu orang. Rencananya tunjangan akan diserahkan dikisaran akhir bulan Mei dan Juni 2019.
Meski demikian, Sukmawati menyayangkan pendataan tersebut belum mencakup seluruh warga pengungsi di lokasi. Masih banyak KK belum terdata.
“ Tunjangan itu belum bisa di pastikan semua warga pengungsi mendapatkanya. Sampai saat ini belum ada tindak lanjut untuk pendataan,” kata Sukmawati.
Berbulan – bulan tinggal di tenda, ia berharap segera bisa menempati hunia sementara (Huntara). (DNT)