Palu, Alkhairaat.com – Dewan Pembina Lingkar Studi Aksi dan Demokrasi Indonesia (LS-ADI), Mursidin, mengkritik mengenai wacana akan digantikannya nama lapangan H Hayun menjadi Gaukan Muhammad Bantilan (GMB) di Kabupaten Toli-Toli.
Pergantian tersebut rencananya akan dilakukan bertepatan dengan perayaan HUT Kabupaten Tolitoli ke-57, Minggu 10 Desember 2017.
Mursidin, yang juga merupakan pemuda kelahiran Toli-Toli itu mengatakan, menilai bahwa pergantian nama tersebut merupakan bagian dari politik dinasti yang akan mematikan demokrasi di Toli-Toli. Karena, kata dia, sebelumnya juga sudah ada tempat yang digantikan, seperti nama Bandara Udara Lalos, di Kecamatan Galang, diganti menjadi Sultan Bantilan.
“Pergantian jelas politik dinasti, bahkan menghilangkan sejarah,” ucap Mursidin.
Padahal, menurut dia, H Hayun adalah merupakan sosok pejuang asal Desa Salumpaga, Kecamatan Tolitoli Utara, yang tercatat dalam sejarah lantaran menjadi motor penggerak perlawanan terhadap penjajah Belanda tahun 1919.
Mursidin mengatakan, perganian nama itu akan menciptakan pemerintahan yang rawan terjadi Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN).
“Itu bisa menciptakan mata rantai pemerintahan yang sarat KKN,” tutupnya.
(Sup)