Palu,Alkhairaat.com – Puluhan warga pengungsi korban gempa, tsunami dan Likuefaksi di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) hingga kini masih banyak yang bertahan di Hunian Sementara (Huntara). Seperti huntara yang terletak di Jalan Sekarno-Hatta, Kelurahan Tondo, Kota Palu, sampai saat ini, masih dihuni 50 Kepala Keluaraga (KK).
Huntara yang berjumlah 50 unit ini tengah di tempati 1 KK perkamar terdiri dari 3 sampai 5 orang berkeluarga. Merasakan sengatan hawa panas matahari merupakan kenyataan pahit yang harus dirasakan para pengungsi.
Sebagaiman yang diungkap Tamrin Ahmad, salah satu warga tinggal di Huntara tersebut. Ia mengatakan, selain kepanasan, masalah yang kerap dirasakan warga pengungsi di Huntara tersebut yaitu biaya Listrik. Menurutnya, para warga pengungsi merasa kesulitan saat menutupi tagihan listrik. Di Huntara itu, hanya menggunakan 1 Kilometer Listrik yang disalurkan ke masing-masing kamar, sehingga setiap Minggu, mereka harus mengeluarkan uang untuk membayar iuran sesuai pemakaian.
“ Setiap Minggunya, kami harus membayar iuran listrik sesuai pemakaian. Namun, membuat kesulitan bagi kami untuk menutupi tagihan listrik,” jelas Tamrin, kepada Alkhairaat.com, Minggu (19/05/2019).
Bahkan, kata Tamrin, Lokasi Hunian yang terletak di dataran rendah itu sering kali terendam banjir ketika diguyur hujan, akibatnya, terdapat beberapa unit tidak bisa ditempati karena masuk air.
Ia juga berharap, pemerintah terus memperhatikan para warga yang masih berada di Huntara, tidak hanya pengungsi Kota Palu, tetapi seluruh warga yang kehilangan tempat tinggal di wilayah Pasigala.
“ Kami berharap, agar Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten, Kota dan pihak swasta di Sulteng lebih memperhatiakan masyarakat yang kehilangan rumah dan masih tinggal di Huntara, dipastikan terpenuhi kebutuhannya. Sehingga, masyarakat tidak merasa terpinggirkan,” tutur Tamrin. (DNT)