Donggala, Alkhairaat.com – Bakal calon bupati Kabupaten Donggala Rahmad Arsyad merupakan figur yang mengedepankan persoalan pendidikan bagi setiap orang, hal tersebut ia lakukan dikarenakan kedua orangtuanya yang memiliki latar belakang seorang pengajar.
“Ayah saya seorang guru, begitu juga ibu saya. Keduanya sudah lama meninggal dunia sejak saya masih SMA. Tapi cita-cita mereka berdua masih di wariskan di kepala saya sampai saat ini, yakni cita-cita agar setiap anak bisa sekolah sesuai impiannya,” ungkap Doktor Rahmad.
Hal yang mendasar yang diajarkan oleh ayah atau ibunya ia bagaimana pentingnya suatu ilmu pengetahuan (pendidikan).
‘Sejak kecil oleh almarhum ibu dan ayah kami diajarkan harta bisa di cari tapi ilmu pengetahuan adalah bekal yang tidak akan hilang sepanjang waktu. Karena harta yang paling berharga adalah sekolah, lewat sekolah kita bisa menjelajah kemana saja,” paparnya.
Ia juga menandaskan bahwa sosok ibunya yang menempuh pendidikan di kabupaten Donggala.
“Bicara soal sekolah, saya selalu teringat almarhumah ibu saya seorang wanita Kaili yang lahir, tumbuh dan menempuh pendidikan sekolah guru negeri atas (SGA) di Donggala,” jelas Rahmad.
Selain itu Rahmad mengungkapkan tentang hubungan kekeluargaan yang erat antara satu dan lainnya.
“Ibu saya, layaknya wanita Kaili pada umumnya punya dua kehidupan yakni hidup untuk keluarga inti mereka dan hidup untuk keluarga besarnya, Karena memang demikianlah tradisi kehidupan Kaili yang begitu rekat dalam pola hubungan kekerabatan. Makumpu, Pinuana, Sampe Suvu,Sarara,” jelasnya.
Kedua orang akan membagi gaji yang mereka dapatkan menjadi tiga bagian.
“Karena itulah setiap gaji ibu dan ayah yang keduanya pns akan dibagi menjadi tiga amplop yakni biaya hidup sehari-hari, biaya sekolah anak-anak dan biaya bagi keluarga besar mereka,” bebernya.
Hal unik datang dari cara sang ibu dalam menyimpan biaya Pendidikan yakni melalui”Sarung Donggala”.
“Khusus untuk anggaran bagi keluarga besar oleh ibu, selalu di fokuskan untuk membantu ponakan, adik-adik, maupun sepupu-sepupunya untuk sekolah. Uniknya, cara menyimpan biaya pendidikan bagi keluarganya, bukan dalam bentuk deposito pendidikan di bank, tapi lewat sarung Donggala,” terangnya.
Rahmad menceritakan bahwa sang ibu menebus Sarung Donggala yang memiliki nilai jual yang tinggi untuk kepentingan pendidikan nantinya.
“Setiap dua bulan sekali, ibu saya akan pergi ke para penenun langganan untuk menebus sarung Donggala yang menjadi pesanannya secara rutin. Setelah itu sarung Donggala akan disimpan di lemari khusus,” tambahnya.
Sarung Donggala yang telah disimpan nanti akan digunakan untuk keperluan-keperluan biaya pendidikan dan hal darurat lainnya.
“Ketika ada keponakan, sepupu atau kerabatnya yang ingin sekolah atau dalam kondisi darurat, maka ibu akan mengeluarkan sarung tenun Donggala dari lemari dan memberikan kepada keluarganya sebagai biaya bagi pendidikan atau kondisi darurat yang mereka butuhkan,” ucap Doktor Rahmad.
Akhir kata ia menjelaskan pentingnya sarung Donggala yang memiliki nilai yang tinggi dan orang-orang dapat bersekolah melalui Sarung Donggala.
“Karena layaknya emas, sarung tenun Donggala adalah alat tukar yang bisa di jual dengan cepat. Karena itulah saya meyakini, banyak dari generasi Donggala masa lalu yang bisa bersekolah dari modal sarung Donggala,” Pungkasnya.
Selamat hari Sabtu, selamat akhir pekan.(MTG)