Home Opini Palu Pilu Palu Luka Palu Berduka, Refleksi Empat Tahun Mengenang Gempa Bumi...

Palu Pilu Palu Luka Palu Berduka, Refleksi Empat Tahun Mengenang Gempa Bumi Dasyat

253
0
SHARE

Oleh: Mochtar Marhum

Tidak terasa sudah empat tahun berlalu kisah duka dan pilu menyelimuti kota Palu hingga kini mungkin masih terasa oleh warga kota Palu dan sekitarnya.

Empat tahun lalu tepatnya tanggal 28 September 2018 ketika itu Gempa Dasyat Magnitudo 7,4 yang sempat meluluhlantahkan kota Palu tercinta. Waktu itu jelang waktu memasuki Sholat Magrib.

Masyarakat berhamburan keluar rumah menyelamatkan dirinya masing-masing bersama keluarga dan tetangga. Ada yang berlari ke lapangan menghindari reruntuhan bangunan. Ada yang berlari ke bukit di tempat ketinggian untuk mengindari gelombang Tsunami dan ada pula yang berusaha lari tunggang langgang dan berlari terus menghindari lumpur dan lubang mengangah yang dalam dan siap menelan siapa saja yang berlari dan terjatuh di daerah yang terjadi fenomena tanah Liquufaksi. Dan ada juga yang berlari menghindari jilatan api dari rumah yang terbakar.

Goncangan Dasyat itu juga menimbulkan bencana multi efek yaitu Tsunami, Fenomena Tanah Liquifaksi di dua wilayah kelurahan Balaroa dan Petobo serta memicu kebakaran sangat mengerikan di sejumlah rumah warga di Kelurahan Balaroa api menyala-nyala dan menjilat semua bangunan yang runtuh dan tertimbun lumpur. Konon ketika terjadi gempa sebagian warga ada yang lagi menyalakan kompor gas untuk persiapan makan malam.

Gempa itu juga menimbulkan efek kerusakan yang hebat dan juga menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit di dua wilayah kabupaten tetangga terdekat yaitu Donggala dan Sigi. Di Kabupaten Sigi juga terjadi Fenomena Tanah Luquifaksi di dua tempat yaitu di Desa Jono oge dan Sibalaya.

Kejadian bencana itu dapat dijelaskan dari berbagai perspektif Ilmu dan Iman. Oleh pakar Geologi dan Fisika Bumi menyebutkan bahwa Gempa Bumi bisa saja terjadi karena disebabkan misalnya oleh pergerakan Lempeng Bumi (Tectonic Plate) dan aktivitas Sesar Palu Koro (Palu Koro Fault).

Indonesia merupakan salah satu negara yang dikelilingi oleh cincin api (Ring of Fire) dan dikelilingi oleh Lempeng Bumi antara lain Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Euroasia. Itulah sebabnya di Indonesia terdapat banyak Gunung Berapi dan juga sering terjadi Gempa Bumi.

Sebaliknya dari perspektif agama banyak tokoh agama yang menyebutkan bahwa bencana alam dasyat terjadi dan menimbulkan banyak korban jiwa dan harta benda merupakan teguran Tuhan kepada umatnya yang mungkin sering melakukan maksiat.

Ada juga sebagian tokoh agama mengeluarkan statemen yang pedas menyebutkan bahwa terjadinya bencana alam dasyat merupakan asap dan teguran kepada umatnya yang mungkin terkadang lupa kepada Tuhannya dan cenderung berbuat dosa di muka bumi.

Kini dua tahun telah berlalu dan belum lenyap duka dan pilu serta trauma masyarakat kota Palu. Juga belum selesai berbagai masalah masyarakat penyintas yang jadi Korban bencana Alam yang dasyat itu masih memiliki masalah yang sampai saat ini belum ada solusinya.

Peristiwa bencana Tsunami di Teluk Palu menyisahkan kesedihan dan pilu yang mendalam dari sejumlah warga yang kehilangan sanak saudaranya ketika itu.

Menurut laporan sejumlah media mainstream jumlah korban terbanyak akibat Gempa bumi yang menimbulkan bencana multi efek adalah mereka yang menjadi korban Tsunami di Teluk Palu karena pada saat peristiwa itu, di sepanjang pesisir teluk Palu akan berlangsung acara puncak Festival Palu Nomoni sehingga banyak masyarakat tumpah ruah ingin menyaksikan Festival tersebut dan ketika terjadi Gelombang Tsunami yang dasyat, ada banyak warga yang tidak berhasil menyelamatkan diri.

Oleh pakar Tsunami dikatakan penyebab Tsunami di Teluk Palu akibat Longsoran Sedimen bebatuan besar yang telah berpulu-puluh tahun mengendap di dasar laut teluk Palu dan terjadi longsor seketika itu akibat guncangan dasyat.

Dalam berbagai Literatur dan sejumlah artikel di media mainstream dijelaskan bahwa Tsunami bisa timbul akibat Gempa Dasyat bermagnitudo minimal 6,0 skala Richter dan terjadi gempa bumi karena pergerakan lempeng bumi yang dikategorikan subduksi, juga Tsunami bisa ditimbulkan oleh longsoran sedimen di dasar laut seperti yang terjadi di Teluk Palu dua tahuh lalu.

Dan yang terakhir Tsunami terjadi akibat jatuhnya batu Astroid dari angkasa dan bisa menimbulkan Gelombang Tsunami setinggi 100 meter. Oleh sejumlah pakar berpendapat bahwa punahnya Dinaosaurus dari muka bumi akibat jatuhnya batu Astroid. Dan rekam jejak Geologi telah ditemukan di wiliyah Suriah.

Dua tahun lalu terjadi longsoran di beberapa titik di sekitar teluk Palu sehingga menimbulian gelombang Tsunami dan terjangan air bah ke daratan wilayah sekitar pesisir teluk dan bahkan juga wilayah Wani juga terdampak.

Hanya dalam waktu sekitar tiga menit gelombang Tsunami mampu menyapu bersih semua yang ada di tepi pantai teluk Palu dalam radius sampai sekitar 200 meter dari bibir pantai.

Cepatnya Gelombang Tsunami menerjang pesisir pantai sehingga sangat sulit dihindari masyarakat yang sedang berada di sekitar teluk Palu akibatnya banyak korban jiwa.

Di sisi lain terjadi Fenomena tanah Liquifaksi di dua kelurahan dan tentu berbeda kasusnya. Liquifaksi ternyata juga jauh lebih berbahaya karena protokol keselamatan konvensional dan teori yang diajarkan di seluruh dunia tidak berlaku misalnya untuk bisa terhindar dari ancaman tanah Liquifaksi harus mengikuti protocol keselamatan.

Seperti diajarkan dan menurut teori ketika terjadi Gempa Dasyat, masyarakat harus berlindung di bawa meja atau lari ke tanah lapang. Atau mencari sudut bagian bangunan yang bisa ada celah (Triangle of Life) untuk selamat dari reruntuhan tapi teori ini justru terbalik dan bertentangan dengan kondisi di wilayah yang terdampak liquifaksi seperti di keluarahan Balaroa. Di sana justru banyak masyarakat yang lari tanah lapang dan tiba-tiba lapangan tempat mereka berlindung seketika amblas karena akibat fenomena Liquufaksi tanah berubah jadi lumpur dan seketika itu mengubur banyak masyarakat yang ada di atasnya dan kemudian terseret oleh gelombang lumpur tanah Liquifaksi.

Waktu terjadi Gempa di dua kelurahan yang jadi korban fenomena Liquifaksi, oleh pakar Geologi dan Fisika Bumi yang bisa ada tonton ratusan penjelasan pakar di video youtube dengan penjelasan detil dan sangat lugas dan mudah difahami karena menggunakan contoh dan animasi. Berbagai pakar menjelaskan bahwa tanah jenis Liquifaksi memiliki struktur lapisan tanah yang terdiri Air (Aquifier) di dasar, lapisan pasir halus dan lapisan tanah yang di permukaan tidak tebal tanahnya tapi hanya sekitar dua atau tiga meter sehingga ketika terjadi gioncangan dasyat Gempa Bumi selama lebih dari 20 detik dan secara berulang maka tanah akan berubah menjadi bubur atau seperti lumpur dan air dari dalam tanah akan naik ke permukaan.

Ketika terjadi fenomena tanah Liquifaksi semua yang ada di permukaan akan tenggelam dan atau hanyut. Karena ke dua wilayah tempat terjadinya tanah Liquifaksi baik di kelurahan Balaroa maupun di Keluruhan Petobo berada di kemiringan sehingga benda apa saja yang berada di permukaan ketika itu akan bergerak dan kelihatan seolah-olah hanyut dan bangunan atau benda di atas akan saling tindih satu sama lainnya.

Sebelum terjadinya Gempa Bumi Dasyat dua tahun lalu, Tim Ekspedisi Palu Koro yang terdiri dari ahli Geologi dan Fisika Bumi dari Jakarta sempat berkunjung ke pemerintah setempat dan menjelaskan ancaman bisa sewaktu-waktu terjadi akibat aktivitas Sesar Palu Koro menjelang Ulang Tahun ke 100.

Juga sebelumnya pernah ada penelitian tentang lokasi tanah jenis Liquifaksi tapi hasil penelitian yang sempat viral itu dianggap kurang akurat dan tidak tindaklanjuti.

Sekitar tahun 2012 Pemerintah Kota Palu pernah mengadakan simulasi dan Contingency plan di wilayah sekitar penggaraman dan tempat terjadinya Tsunami.

Simulasi Gempa dan tsunami konon mirip apa yang terjadi tanggal 28 September lalu. Namun, menurut sejumlah aktivist NGO bahwa dokument Contingency Plan itu belum sempat ditindaklanjuti sesuai harapan ketika Gempa Dasyat itu terjadi.

Kini dua tahun telah telah berlalu walaupun duka yang mendalam dan rasa trauma masih membayangi tapi tentu semua harus dihadapi dengan iklas dan lapang dada seraya berserah diri pada zat pencipta. Sebagai umat beragama tentu kita semua percaya bahwa Allah punya rencana dan kehendak lain.

Akhirnya mari bersama-sama kita bacakan Al-fatiha seraya berdoa dan berharap semoga saudara-sadara tercinta mati Syahid. Dan semua sahabat dan kerabat tercinta yang telah mendahului kita akibat menjadi korban bencana itu kini mereka tenang berada di alam penantian.

Insha Allah semua amal mereka akan diterima, diberi Safaat dan diampuni dosa-dosanya serta mendapat tempat yang terbaik di sisiNYA….Amin…Amin…Amin..YRA.

Penulis Merupakan Pegiat Jurnalisme Warga (Citizen Journalism), Penulis Freelance, Pegiat Media Sosial dan Akademisi Untad Palu

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.