Palu, Alkhairaat.com- Poltracking Indonesia adalah salah satu lembaga survei yang berada di Indonesia. Fokus Poltracking Indonesia ialah menjadi pusat kajian politik mengenai demokratisasi dan pelembagaan institusi-institusi demokrasi di Indonesia. Namun mengalami degradasi kredibilitas.
Ketua Lingkar Studi Aksi dan Demokrasi Indonesia (LS-ADI) Sulawesi Tengah (Sulteng) periode 2015-2017, Muhammad Ramadhan Tahir mengatakan survei politik bertujuan untuk melakukan jajak pendapat yang dilakukan lembaga independent maupun partai politik untuk mengukur popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas pasangan calon.
Senin, 2 November 2020 survei poltracking merilis hasil surveinya pada pilkada provinsi Sulteng, yang menunjukan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 1 Hidayat Lamakarate-Bartholomeus Tandigala yaitu 25,0%, dan pasangan nomor urut 2 Rusdy Mastura-Ma’mun Amir 56,8%, merahasiakan jawaban 7,5%, dan belum punya pilihan 12,7%.
“Survei yang dilakukan hanya dalam kurun waktu kurang lebih 5 hari mulai dari tanggal 20-24 Oktober 2020, terlihat tidak akurat ketika pada persentase angka-angkanya kelebihan 2 persen (25,0+56,8+7,5+12,7= 102) ini kemudian keakuratan dalam survei tersebut perlu di pertanyakan, apalagi survei yang dilakukan hanya dalam kurun waktu kurang lebih 5 hari dengan jumlah responden 1200 dengan jumlah sampel yang banyak,” ungkap Ramadhan, Rabu (04/11/2012).
Ketua Presma Unisa Palu periode 2014-2015 itu, juga mengungkap margin eror hanya 2,8% dengan jumlah responden 1200, seharusnya jumlah respondennya harus melebihi angka tersebut.
“Survei poltracking ini menunjukan bahwa dalam memasukan angka surveinya dibuat-buat dan keteledoran, di masa pandemi ini sangat tidak mungkin melaksanakan survei secara tatap muka karena bisa memicu penyebaran Covid-19 di seluruh kabupaten/kota yang di Sulteng. Hal ini kemudian memicu konflik di tengah-tengah masyarakat Sulteng,” tuturnya.
Ramadhan menyayangkan perubahan angka data awal survei merahasiakan jawaban 7,5% menjadi 5,5%.
“Dirubahnya angka tersebut agar pas 100% jika dijumlahkan seluruhnya,” ungkapnya.
Ia juga menilai survei Poltracking Indonesia merugikan kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sulteng.
“Hasil survei ini merugikan kedua pasangan calon. Apalagi pada rilis berita soal survei ini pesanan, ini sungguh merugikan si pemesan karena mulai dari keakuratan dan keteledoran dalam memasukan angka survei poltracking sangat tidak kapabilitas dalam melakukan survei di Sulteng,” tutupnya. (YP)