Parimo, Alkhairaat.com- Tradegi meninggalnya warga penambang emas di Desa Buranga, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) belum lama ini menyisahkan duka, di mana para penambang di lokasi tersebut terbimbun tanah yang longsor. Terlepas dari siapa bertanggung jawab atas insiden itu harusnya ini sudah menjadi bahan evaluasi bagi semua pihak.
Demikian dikemukakan Dewan Penasehat Lingkar Studi Aksi dan Demokrasi Indonesia (LS-ADI) Sulteng, Sadiq Alhabsy kepada sejumlah media, Selasa (02/03/2021).
Menurutnya, ada banyak hal yang menjadi evaluasi ihwal aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Buranga. Pertama, pemerintah khususnya Pemkab Parimo dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Parimo memastikan bahwa PETI tersebut benar-benar ditertikan.
Kedua, Pemkab, DPRD Parimo, dan Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng harus berani melakukan investigasi, kemudian mengungkap siapa pemodal di belakang aktivitas PETI tersebut.
“Kemudian usut tuntas oknum aparat pemerintah dan keamanan, mulai dari desa kecamatan, kabupaten sampai provinsi yang diduga bekerja sama dengan pemodal guna melakukan aktivitas penambangan,” tegas Sadiq.
Parimo katanya, disinyalir telah ramai dengan aktivitas PETI. Dan diduga ada keterlibatan sejumlah unsur pemerintah setempat. Modusnya mengatasnamakan masyarakat setempat sebagai penambang. Padahal kuat dugaan ada pemodal yang membackup dari segi pendanaan dengan memasukan alat berat berupa excavator mengeruk dan menggali kubangan tambang ilegal.
“Kita sepakat kalau itu dikelola langsung oleh masyarakat melalui Bumdes atau koperasi untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Tentunya harus sesuai dengan aturan main, seperti penambangan ramah lingkungan dan sebagainya,” katanya.
Sadiq mendesak aparat untuk menelusuri siapa saja yang terlibat aktivitas PETI. Apalagi Pemprov Sulteng sudah menyurat ke Polda untuk menghentikan aktivitas PETI di Buranga.
Sadiq menambahkan, untuk mengenang para korban tragedi longsor Buranga, pengurus PD LS-ADI menggelar doa bersama di Mesjid Babussa’adah Buranga, Selasa (02/03/2021), dengan mengundang sejumlah pejabat, yakni Bupati Parimo Samsurizal Tombolotutu, Ketua DPRD Parimo, Sayutin Budianto, Kapolres Parigi. Doa ini dipimpin oleh Ustad Muhammad Nur Damar.
Berdasarkan informasi yang dihimpun tim media, selain di Buranga Kecamatan Ampibabo, rencana aktivitas PETI juga akan dilakukan di Desa Tomoli Selatan, Kecamatan Toribulu yang diduga melibatkan Camat Toribulu, Hamzah A. Rauf. Di mana infonya bahwa Hamzah diduga akan memasukan alat berat untuk aktivitas PETI. Namun rencana itu belum direalisasikan lantaran insiden longsor di lokasi PETI Buranga.
Camat Toribulu, Hamzah yang dikonfirmasi via pesan aplikasi WhatsApp dan sms di nomor kontak 081369823XXX pada Senin (01/03/2021) malam enggan menjawab pertanyaan dari media.
Saat ditanya dugaan keterlibatannya memasukan alat berat, ia hanya membalas dengan jawaban yang bertele-tele dan terkesan tidak memahami tugas dan fungsi wartawan dalam mengonfirmasi.
“Balik bertanya, emang ada buktinya. Berarti salah alamat dugaanmu. Itu namanya menduga-duga,” balas Hamzah.
Ia bahkan mengatakan bahwa terlalu jauh wartawan menanyakan hal itu. Kalau memang betul atau tidak, Hamzah mengaku cukup menyampaikannya kepada media yang ada di daerah Parimo, sambil mencatut nama-nama media lokal yang dimaksud.
Ia bahkan meminta supaya mencari informasi-informasi yang lebih aktual ketimbang menanyakan soal dugaan itu kepadanya.
“Tidak ada waktuku melayani jurnalis seperti anda. Maaf,” tulis Hamzah via chat WA.
Usai membalas chat WA, Hamzah kemudian memblokir kontak wartawan dan tidak mau lagi melayani pertanyaan dari tim media.
Ketika dikirimkan sms dengan pertanyaan yang sama, ia tak membalas sms. Sampai berita ini tayang, Hamzah tidak membalas sms dari tim media.
Sadig menegaskan, jika benar bahwa dugaan Camat Toribulu akan memasukan alat berat untuk aktivitas PETI, maka penting untuk ditelusuri, sebab jangan sampai informasi itu meresahkan masyarakat dan merugikan pejabat tersebut.
“Ini penting untuk ditelusuri oleh pihak aparat. Jangan sampai informasinya jadi liar. Sebab urusan PETI ini sangat sensitif pasca kejadian di Buranga,” tandasnya.
Di satu sisi, Sadiq menyayangkan sikap seorang Camat dalam merespon pertanyaan dari tim media, padahal hal itu bertujuan meluruskan informasi yang beredar yang dianggap tidak benar. (***)