Palu, Alkhairaat.com – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Hukum Tata Negara Islam (HTNI) Fakultas Syariah (FASYA) UIN Datokarama Palu menggelar Dialog Publik bertema “Presisi di Mata Publik: Menakar Harap, Merawat Integritas”, pada Sabtu (5/7/2025), di Café Taman Ria.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Sekretaris Jurusan HTNI, Mohammad Oktavian, S.Sy., M.H., dan menghadirkan tiga narasumber, yakni Kombes Pol. Dr. Sirajuddin Ramli, S.H., M.H., Ibrahim R. Mangge, S.Ag., M.Si., serta Presiden Mahasiswa UIN Datokarama Palu, Rahman Musa.
Dalam Sambutannya Ketua Umum HMJ HTNI, Syahrul Latif, mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini adalah membuka ruang diskusi antar berbagai pihak terkait integritas, pelayanan publik, dan harapan masyarakat terhadap lembaga sosial dan hukum.

“Tujuan utama kegiatan ini adalah menghadirkan ruang diskusi terbuka yang mempertemukan perspektif mahasiswa, akademisi, dan praktisi lapangan dalam membicarakan persoalan integritas, pelayanan publik, dan harapan masyarakat terhadap lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi sosial dan hukum,” ujarnya.
Syahrul menjelaskan bahwa tema ini dipilih karena adanya urgensi mengevaluasi hubungan antara masyarakat dan lembaga pelayanan publik.
“Tema ini lahir dari kegelisahan akan hubungan masyarakat dan lembaga pelayanan publik di tengah perubahan sosial yang cepat. Lewat tema ‘Presisi di Mata Publik: Menakar Harap, Merawat Integritas,’ kami mengajak untuk bersama-sama mengkaji, bukan menghakimi,” jelasnya.
Kehadiran pemateri dengan latar belakang yang beragam dimaksudkan agar diskusi tidak berlangsung satu arah.
“Praktisi diundang untuk memberi gambaran langsung dari lapangan, akademisi untuk menyajikan analisis ilmiah dan netral, serta perwakilan mahasiswa untuk membawa perspektif kritis dan aspiratif dari kalangan muda. Dengan komposisi ini, kami berharap dialog yang terjadi tidak hanya informatif, tetapi juga reflektif,” tambahnya.
Syahrul juga menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran, baik secara sosial maupun akademik.
“Kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran sosial dan akademik, di mana mahasiswa memahami dinamika lembaga publik serta pentingnya integritas dan partisipasi. Bagi narasumber, forum ini juga menjadi cermin suara mahasiswa dan kampus,” tuturnya.
Di akhir wawancara, ia berharap kegiatan ini dapat menjadi awal dari dialog yang sehat dan berkelanjutan antara kampus dan pemangku kebijakan.
“Harapannya, kegiatan ini menjadi awal dari dialog yang lebih luas dan bermakna antara kampus dan pemangku kebijakan, dengan menjunjung nilai keterbukaan, tanggung jawab, dan keadilan dalam ruang akademik yang kritis dan elegan,” pungkasnya.(MTG)