Parimo, Alkhairaat.com- Bupati Parigi Moutong (Parimo) Samsurizal Tombolotutu membuka secara resmi kegiatan pelatihan Paralayang tingkat dasar bagi pemula untuk kepentingan anak anak daerah dalam rangka mencari bibit atlet atlet profesional yang diharapkan berguna bagi daerah.
Dengan adanya kegiatan pelatihan tersebut, Parimo siap mencetak Atlet paralayang profesional.
Kegiatan pelatihan paralayang dilaksanakan di Resort Lolaro Tinombo, Parimo, Sabtu (24/07/2021).
Bupati katakan, kegiatan itu juga bertujuan untuk mempersiapkan atlet atlet paralayang pada kegiatan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sulawesi Tengah (Sulteng) yang akan digelar tahun depan di Kabupaten Buol.
“Pelatihan paralayang yang akan dilatih oleh pelatih nasional sekaligus untuk memilih atlet paralayang yang akan mengikuti Porprov di Kabupaten Buol,” ucapnya.
Lanjut Bupati Samsurizal, kegiatan pelatihan paralayang sengaja tidak dibuat di pusat Ibu Kota (Parigi) karena melihat kondisi yang ada belum menjamin keamanan dan keselamatan untuk ketinggian bukitnya. Menurutnya, paralayang memerlukan terjun dari ketinggian paling tinggi dan mendarat ditempat yang tepat atau sesuai pendaratan paralayang.
Olehnya bupati mengajak masyarakat untuk berpartisipasi ikut paralayang, dan kata ia pada umumnya secara naluri manusiawi banyak yang takut ikut terbang layang, namun jika sudah didapatkan seninya pasti akan ketagihan untuk mau kembali terbang layang.
“Pengalaman saya 30 tahun yang lalu biar dilarang saya tetap terbang halo diketinggian 11 kilo diatas permukaan, dan jika dilihat kebawah semua kelihatan biru, tetapi enak karena kita sudah dapatkan seninya,” cerita Bupati mengenang masa lalunya saat di TNI angkatan darat.
Buparti Samsurizal mengatakan, semua ini terlaksana secara tidak sengaja, seperti paralayang, awalnya ia mencari tempat tinggal di perbukitan asam Ogolongkap dengan ketinggian 110 meter kemudian dapat lagi ketinggian 300 sampai 350, dan cari lebih keatas lagi dapat 500 sampai 700 meter ketinggian dan secara tiba tiba datang tim paralayang mencari lokasi semua ketinggian yang diinginkan untuk paralayang sesuai harapan ada di bukit Ogolongkap Tinombo.
“Semua ini mungkin karena naluri saya penerjun, jadi tahu dasar dasar ketinggian untuk paralayang. Semuanya itu terjadi secara tidak sengaja. Saya berterima kasih kepada yang mau diving dan paralayang, perlu diketahui ini adalah olahraga mahal, pelatihnya saja tidak ada di Sulteng yang ada hanya atlitnya,” jelasnya.
“Harapan saya mari kita ikuti dengan sungguh sungguh pelatihan paralayang ini. Tidak ada pelatih memberikan ilmunya itu membahayakan. Pasti ia berpikir bagaimana dengan keselamatan orang. Intinya tidak ada hubungan bisnis, dan ini akan berkembang setelah turisnya datang dan sudah menjadi pemandu paralayang,”tambahnya.
Sementara itu pelatih Nasional dari Jakarta Gendon Subandono yakin, kedepan Parimo bisa menyumbangkan olahraga minat khusus paralayang. Olehnya ia berharap perlu dukungan semua pihak dan dapat mensuport sehingga secara reguler bisa mengembangkan olahraga Paralayang.
Sebagai pelatih dan pernah dipercayakan melatih atlet paralayang di Asean Games 2018 sehingga Indonesia menyumbangkan satu medali emas di cabang olahraga paralayang, buat Gendon itu adalah sebuah upaya keberhasilan yang ia miliki khususnya keberhasilan masyarakat Indonesia, dan itu kata ia akan ia terapkan untuk melatih kepada calon atlet atlet paralayang Parimo sehingga bisa berprestasi ditingkat nasional maupun internasional.
Gendon memberikan informasi sekaligus motivasi bahwa untuk nomor ketepatan pendaratan paralayang Indonesia sudah masuk level dunia.
“Untuk pengembangan kedepan, nomor itulah yang menjadi andalan Indonesia pada olahraga paralayang yaitu ketepatan mendarat,” terangnya.
Gendon menjelaskan, di paralayang ada tiga nomor lomba yaitu pertama nomor ketepatan mendarat tepat pada satu titik alat elektronik, jika diangka nol itulah yang terbaik. Kedua lintas alam, terbang dari ketinggian tertentu bisa berlama lama, kemudian kata ia Posandrik dua hingga tiga jam di udara dengan cara mencapai hingga 2 kilo, dan yang tercepat dialah pemenangnya. Ketiga akrobatik atau nomor khusus.
Dari semua itu kata Gendon ketepatan mendarat menjadi andalan Indonesia.
“Terkait hal ini saya berharap, kedepan atlet atlet Parimo bisa mencapai prestasi ditingkat dunia,” harapnya.
Untuk Parimo kata ia, sudah memiliki tempat latihan yang bagus tinggal butuh proses di sekolahkan. Karena Parimo untuk pemula ada bukit 70 untuk terbang pendek.
“Kita punya bukit 70 untuk terbang pendek tetapi masih ada lagi bukit lebih tinggi, sehingga kita pakai yang 70 dulu untuk pemula bagi teman teman di Parimo, dan tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan terbang lintas alam dan potensi ini bisa kita gunakan,” bebernya.
Olehnya ia berharap kepada KONI Parimo untuk mensuport, karena kata ia KONI menjadi tulang punggung olahraga khususnya olahraga paralayang.
Paralayang kata ia hanya mempunyai tiga hal pertama olahraga, kedua prestasi dan ketiga pariwisata.
“Kalau olahraga sudah, prestasi oke, pasti pariwisata ikut, dan yang bangga adalah diri kita sendiri, keluarga kita dan daerah kita apalagi kalau Parigi Moutong juara di Porprov tahun depan itu sudah luar biasa,” Suportnya.
Yang terpenting kata ia bagaimana mengembangkan wisata minat khusus paralayang menjadi primadona Parimo, dan yang terdampak adalah pemandu wisata.
Gendon berceritra, pada saat ia bekerja menjadi pemandu wisata sekaligus pelatih paralayang di puncak Bogor, satu tahun sekitar 20 ribu wisatawan yang mau melakukan tandem paralayang, dan 95 persen adalah wisatawan asal timur tengah.
“Setiap tahun dan terakhir tahun 2009 di puncak Bogor 20 ribu wisatawan yang tandem. Saat masuk Pandemi Covid-19 tahun 2020 semuanya habis alias kunjungan wisatawan menurun hingga saat ini,” tandasnya.
Kata ia kesempatan inilah harus dimanfaatkan dan salah satu cara mendorong dari sisi olahraga dan Parimo sudah siap, dengan begitu kata ia Covid selesai wisata bangkit maka ambil manfaatnya untuk wisata minat khusus utamanya diving dan paralayang.
“Yang terpenting adalah progres dulu, bagaimana paralayang itu, karena paralayang punya tingkatan mulai PL 1, PL 2 Dan PL 3. PL 1 adalah dasar, PL 2 menengah dan PL 3 Advan yang bisa memandu atau membawa orang,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Parimo Alina Deu mengatakan, untuk langkah awal peserta paralayang dibatasi 10 orang, dan ia berharap jumlah tersebut bertambah ditahap berikutnya.
“Kami informasikan bahwa kegiatan diving tahap pertama sudah kami laksanakan kami batasi juga jumlahnya dan sudah terlaksana dengan baik serta sudah mempunyai lisensi atau sertifikat diving dan bisa digunakan dimana saja,” katanya.
Menurutnya, untuk peserta paralayang dibatasi umur. Adapun batasan umur 14 sampai 30 tahun, karena tujuan kegiatan kata ia untuk mencari bibit bibit paralayang yang ada di Kabupaten Parimo, dan itu terus dipromosikan untuk menambah minat putra putri Parimo yang ingin berlatih.
“Kemarin saja yang mendaftar Diving 15 orang tahap pertama, sekarang untuk tahap kedua sudah lebih dari 20 orang yang mendaftar diving dan ini kemungkinan besar akan bertambah peminatnya,” imbuhnya.
Usai pembukaan, langsung dilanjutkan dengan pelatihan paralayang untuk materi dasar pengenalan paralayang dan cara cara pengoperasian parasut di laksanakan di lapangan sepak bola Dusunan Tinombo untuk beberapa hari kedepan, setelah itu naik kebukit lebih tinggi di bukit Ogolongkap Desa Silabia Kecamatan Tinombo untuk aksi. (FRL)