Jakarta, Alkhairaat Online – Pada pertengahan Juli 2025, Bumi mengalami fenomena astronomi tahunan yang dikenal sebagai Aphelion, yaitu saat posisi Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbit elipsnya.
Fenomena ini terjadi pada Jumat, 4 Juli 2025, sekitar pukul 00.06 WIB, di mana jarak antara Bumi dan Matahari mencapai sekitar 152,1 juta kilometer, lebih jauh dibandingkan saat perihelion (titik terdekat) yang biasanya terjadi pada awal Januari dengan jarak sekitar 147,1 juta kilometer.
Menurut keterangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aphelion tidak berdampak langsung terhadap suhu ekstrem atau perubahan cuaca drastis di Bumi. Meski jarak Bumi lebih jauh dari Matahari, pengaruhnya terhadap suhu global sangat kecil karena iklim dan cuaca lebih dipengaruhi oleh kemiringan sumbu Bumi daripada jaraknya dari Matahari.
“Perubahan musim dan variasi suhu lebih banyak ditentukan oleh kemiringan sumbu Bumi terhadap bidang orbitnya. Jadi tidak perlu khawatir akan suhu dingin ekstrem saat aphelion,” jelas salah satu peneliti BRIN.
Fenomena ini juga tidak terlihat secara kasat mata, namun penting sebagai bagian dari siklus orbit tahunan Bumi. Masyarakat tetap diimbau untuk menjaga kesehatan, terlebih di musim kemarau, di mana cuaca panas, angin kering, dan potensi kebakaran lahan lebih mungkin terjadi.
Aphelion merupakan bagian dari kebesaran ciptaan Allah SWT yang patut menjadi bahan renungan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
(QS. Yasin: 40)
Fenomena-fenomena astronomi seperti Aphelion menjadi bukti keteraturan alam semesta yang diciptakan oleh Allah SWT, dan dapat menjadi momen untuk meningkatkan keimanan serta kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.
