Palu, Alkhairaat.com – Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (DEMA FTIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu menyelengarakan Kegiatan Seminar Kebangsaan dan Bedah Buku di Auditorium FTIK Kampus Dua UIN Datokarama Palu yang berada di Kabupaten Sigi, pada Kamis (06/11/2025).
Kegiatan Ini mengusung tema “Mengenang Romantisme Orde Baru, Para Pemimpin Bangsa Dan Bedah Buku: “Soeharto Memang “Hebat”. Kegiatan ini bertujuan untuk menjadi wadah diskusi dan refleksi tentang sejarah Orde Baru dan pengangkatan Soeharto sebagai pahlawan nasional. Di mulai pada pukul 14.00 WITA hingga selesai.
Kegiatan ini sangat spesial karena menghadirkan parah tokoh tokoh penting seperti,
Bapak Dr. H. Anwar Hafid, M.Si. selaku
Gubernur Sulawesi Tengah, dan sebagai Keynote Speaker pada kegiatan ini. Serta beberapa pembicara lainnya, yaitu Bapak. Prof. Dr. H. Lukman S. Thahir, M.Ag selaku Rektor UIN Datokarama Palu, Bapak Prof. Dr. H. Saepudin Mashur S.Ag.,M.Pd.I selaku Dekan FTIK, Bapak Wawan H. Purwanto sebagai Penulis Buku sekaligus, Bapak Ray Rangkut selaku Pengamat Politik dan Aktivis ’98 Bapak Muhammad Nur Ahsan selaku Pakar Sejarawan UINDK Palu, dan Bapak. Muhammad Sadig selaku Pemerhati Gerakan Mahasiswa.
Soeharto, presiden kedua Indonesia, memiliki rekam jejak yang kompleks, dengan kontribusi positif seperti menurunkan inflasi dan mencapai kemandirian pangan, serta upaya pembangunan infrastruktur. Namun, pemerintahannya juga memiliki dampak negatif, termasuk pelanggaran HAM, korupsi, dan sentralisasi kekuasaan yang berlebihan. Dalam Seminar yang Diwadahi Oleh DEMA FTIK, Pak Wawan Purwanto mendukung peran Soeharto, sementara Bung Rey Rangkuti menolak pandangan tersebut, menekankan bahwa Soeharto tidak melaksanakan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan bahwa pemerintahannya cenderung otoritarian.
Ridzki efendi selaku Ketua DEMA FTIK berharap bahwa seminar ini dapat membuktikan kemampuan kampus dalam menjadi media penengah antar pro dan kontra terkait pengangkatan Pak Soeharto sebagai pahlawan nasional.
“Adapun harapan kami dengan terlaksana seminar kebangsaan ini, semoga dengan tema yang kami angkat, dapat membuktikan bahwa kampus bisa menjadi media penengah antar pro dan kontra yang menjadi isu sentral yang sedang menjadi headline pembahasan di media sosial daerah maupun nasional terkait pengangkatan Pak Soeharto sebagai pahlawan nasional,” jelasnya.
Ia juga menyatakan bahwa FTIK mampu menghadirkan pembicara dengan perspektif yang berbeda dan memfasilitasi diskusi yang sehat dan konstruktif.
“Itu membuktikan bahwa kami FTIK mampu menghadirkan pembicara bukan hanya dari satu sisi, melainkan 2 sisi, dan bisa berbicara dengan dua pandangan yang berbeda,” lanjutnya.
Ia berharap kegiatan ini dapat meningkatkan reputasi kampus dan mempercepat pembangunan fasilitas.
“Dan juga semoga dengan kegiatan ini kampus dua menjadi terkenal lagi, mahasiswa bisa lebih banyak lagi, dan pembangunan makin baik, membuktikan bahwa kita benar-benar butuh pembangunan yang lebih maju lagi terkait Auditorium dan lain-lain,” harapnya.(MTG)







