Home Opini Blunder Politik Anwar Hafid “Pilgub Rasa Pilpres”

Blunder Politik Anwar Hafid “Pilgub Rasa Pilpres”

661
0
SHARE

Oleh: H.Samsudin Pay S.Ag.,M.Si

Menarik disimak dan dicermati langkah politik Anwar Hafid (AH) pasca terganjalnya ke pentas pemilihan gubernur (Pilgub) berpasangan dengan Pasya Ungu. Jika di replay gerpol AH-Pasya setahun pra penetapan KPU, sangat massif dan terasa hingga ke grassroot gelombang dukungan AH-Pasya, hingga sayapun masuk dalam jajaran relawan yang siap memenangkan mereka berdua.

Semua stake holder politik berkesimpulan jika AH-Sigit mendapat parpol pengusung dan maju maka pasangan calon (paslon) ini menjadi paslon terkuat dan berpeluang besar memenangkan pertarungan di Pilgub Sulteng. Ketakutan lawan inilah yang membuat banyak pihak berkonspirasi untuk menggagalkan mereka, maka terjadilah kapitalisasi politik dengan memborong semua parpol untuk mengganjal sekaligus jalan pintas memenangkan paslon Rusdy-Ma’mun. Bahkan issu terakhir hanya akan melawan kotak kosong.

Dalam pertarungan politik banyak hal tak terduga terjadi, arus dukungan bawah tidak berjalan seiring dengan kepentingan politik nasional. Kita tahu bersama bahwa AH adalah ketua Demokrat Sulteng, parpol besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belum bisa sejalan dengan PDIP besutan Megawati, koalisi kedua parpol ini tidak akan tercapai selama bulan madu politik SBY dan Mega belum terjadi (walaupun di berapa daerah terpaksa bersama karena mengalami jalan buntu), ini salah satu faktor yang membuat AH-Sigit gagal mendapatkan PDIP.

Aroma Pilpres di semua Pilgub telah tercium, benih koalisi parpol nasional telah terbangun, partai berkuasa PDIP berhasil menggandeng Gerindra dan mengganti posisi NasDem dengan beberapa parpol menengah. NasDem bermanuver dengan mendatangi beberapa parpol dan mendekati Anis Baswedan sebagai Capresnya, semua itu dipicu karena kecewa usulan untuk mendapatkan kembali posisi jaksa agung ditolak oleh Jokowi.

Dengan gagalnya AH sebagai calon gubernur maka Ahmat Ali lagi-lagi melihatkan ketangguhannya dan membuat AH bertekuk lutut. Takluk di pilkada Morowali (adik versus paman), takluk dalam perebutan parpol pengusung dan takluk ketika berhasil mengambil dukungan resmi Demokrat dan memaksa AH untuk mendukung Rusdy-Ma’mun. Dukungan Demokrat juga menjadi indikator pertarungan Pilgub bau Pilpres.

AH berada pada posisi sulit dan harus menelan pil pahit untuk mengamankan rekomendasi B1 KWK untuk memenangkan Rusdi-Ma’mun. Juga melahirkan AH Foundation dalam rangka mengakomodir para relawannya yang berasal dari berbagai latar belakang untuk menjadi kendaraan masuk ke Rusdy-Ma’mun, dalam banyak kesempatan beliau menjelaskan kepada para pendukungnya bahwa saya lebih sulit mengalahkan Hidayat-Bartho dari pada Rusdy-Ma’mun di pilgub 2024 akan datang.

Yang lengah dari hitungan banyak pihak selama ini, naiknya elektabilitas AH banyak di pengaruhi popularitas Sigit (Pasya Ungu). Jadi sangat sulit rasanya jika pendukung AH-Sigit di klaim dengan mudah diajak untuk mendukung pasangan Rusdy-Ma’mun.

Saya dan seluruh relawan AH-Sigit memahami langkah politik AH dan pamit menyatakan mendukung Hidayat-Bartho (HEBAT) dengan tiga alasan substansial yaitu seluruh visi misi yang ditawarkan oleh AH-Sigit juga menjadi visi misi paslon HEBAT, proto type kepemimpinan paslon AS terhimpun dalam paslon HEBAT bahkan memiliki nilai plus karena kombinasi HEBAT menjawab soal Kebhinekaan yang saya sebut dengan new politikal cultur, dan sebagai bentuk perlawanan terhadap oligarki politik.

Jika dengan alasan lebih mudah mengalahkan Rusdy-Ma’mun dalam Pilgub 2024 mendatang dan mengajak pendukung AH-Sigit untuk mendukung Rusdy-Ma’mun maka ini yang saya sebut dengan blunder politik. Karena jika Rusdy-Ma’mun terpilih maka periode berikut yang akan diusung adalah figur yang paling dekat kebenaran analisanya adalah ketua DPRD sekarang.

Terlepas dari benar salahnya analisa diatas saya yakin proses politik akan terus dinamis. Skenario yang dibangun bisa saja sesuai keinginan jika di tengah jalan tidak terjadi turbulensi politik yang dapat meluluhlantahkan bangunan sebuah parpol karena beberapa parpol sedang menghadapi skandal besar.

Pertarungan Pilgub disemua daerah bahkan Pilkada kabupaten/kota tak lepas dari intervensi parpol koalisi nasional. Presiden Jokowi dengan seluruh kekuasaan yang dimiliki, bersama parpol papan atas Gerindra dan parpol menengah yang menjadi koalisi setia pemerintahan pasti akan turun gunung untuk mengawal Pilkada. Seluruh jurus dan bargaining akan dilakukan untuk memenangkan pertarungan. Karena kemenangan di Pilgub akan menjadi gambaran kemenangan Pilpres 2024 akan datang.

Penulis merupakan Wasekjend DPP PKB 2008-2012 dan DPP KNPI 2000-2006

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.